Minggu, 22 Mei 2016

MAKALAH EVALUASI LINGKUNGAN DAN LINGKUNGAN YANG DIPILIH


MAKALAH KELOMPOK
EVALUASI LINGKUNGAN DAN LINGKUNGAN YANG DIPILIH
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Lingkungan
dengan dosen pengampu :
Mudaim, M.Si.





Oleh :
Kelompok 3
1.        Eva Lusiana         (14130079)
2.        Isti Khoirunisa     (14130085)
3.        Mar’ah Fitriana   (14130087)
4.        Yoga Apriyanto   (14130094)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2015

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.
2.      Bapak Mudaim, M.Si selaku dosen pembimbing.
3.      Kedua orang tua kami yang senantiasa memberikan semangat dan dukuungan kepada kami.
4.      Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini yang jauh dari sempurna baik dalam bentuk, dalam penyajian, maupun susunan kata-katanya. Hal ini mengingat segala keterbatasan yang ada pada diri penulis.
Untuk itu penulis mohon kritik dan sarannya agar dapat menjadi motivasi dan pelajaran bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.


Metro, 14 maret 2015
            

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................  i
KATA PENGANTAR .......................................................................................  ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang ...........................................................................................  1         
B.     Rumusan Makalah ......................................................................................  1
C.     Tujuan Penulisan Makalah .........................................................................  1
D.     Prosedur Makalah ......................................................................................  1
BAB II PEMBAHASAN
A.     Evaluasi Lingkungan dan Persesi Lingkungan........................................... 2
B.     Lingkungan Terpilih ...................................................................................  2
C.     Estetik........................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A.     Kesimpulan ..................................................................................................  8
B.     Saran............................................................................................................ 8
C.     Ayat Suci Al-qur’an ....................................................................................  8
DAFTAR PUSTAKA


 BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu elemen dalam komponen kognitif yang paling dalam. Evaluasi berada dalam proses yang terjadi di komponen kognitif yang lebih dalam dibandingkan persepsi. Dimana persepsi berada paling luar, sehingga persepsi sangatlah subjektif dan mudah sekali berubah pemaknaanya. Sedangkan dalam proses evaluasi memerlukan fungsi kognitif lainya, yaitu kemampuan menganalisis, sehingga berbagai fungsi psikologisnya akan banyak berperan.
B.     Rumusan Makalah
1.      Apa maksut dari evaluasi lingkungan dan persepsinya ?
2.      Bagaimana karakteristik lingkungan terpilih ?
3.      Apa yang dimaksud dengan estetik ?
C.     Tujuan Penulisan Makalah
1.      Memberikan pemahaman mengenai proses persepsi lingkungan
2.      Memberikan pemahaman mengenai evaluasi lingkungan
3.      Memberikan pemahaman mengapa seseorang memilih suatu lingkungan
D.     Prosedur Makalah
Prosedur yang penulis terapkan dalam penyusunan makalah ini adalah kajian pustaka dan metode diskriptif. Kajian pustaka yang dirapkan berupa kegiatan membaca data yang dapat diolah dengan menggunakan tekhnik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data dan mengaplikasikan data tersebut dalam konteks judul makalah dan melalui metode deskriptif ini penulis akan menguraikan permasalahanya secara jelas.






BAB II
PEMBAHASAN
A.     Evaluasi Lingkungan dan Persepsi Lingkungan
Ketika kita mengunjungi suatu tempat baru atau daerah baru, kita dapat memberikan penilaian bahwa daerah tersebut adalah baik dan menyenangkan. Tetapi ada pula penilaian terhadap suatu daerah dinyatakan baik, tetapi terasa kurang menyenangkan, seperti berkunjung didaerah wisata alam, pemandangan yang terlihat indah, tetapi karena pengaturan alur masuknya kurang tertib, berdesakan, dan kurang nyaman, maka pengunjung merasa kurang senang.  Perilaku demikian merupakan suatu penilaian atau evaluasi manusia terhadap lingkungan.
B.     Lingkungan Terpilih
Suatu objek yang mempunyai daya tarik tentunya akan menjadi objek yang dipilih oleh seseorang. Ketertarikan seseorang merupakan sesuatu proses yang cukup komperhensif. Artinya ketertarikan terhadap suatu objek dapat dikarnakan sebagai suatu evaluasi dikomponen kognitif. Atau ketertarikannya tersebutdisebabkan oleh komponen emosi atau afektif karena ia menyenangi objek tersebut.
Namun demikian, ahli lain mengungkapkan faktor apakah yang menyebabkan seseorang memilih suatu objek lingkungan untuk dikunjungi atautidak dipilih. Untuk memilih atau tidak memilih suatu objek lingkungan, objek tersebut harus memiliki daya tarik. Dua orang ahli, Steven Kaplan dan Rchel Kaplan (1975) dalam Bell menggunakan model preferensi. Kaplan dalam hal ini melakukan penelitian dengan menyajikan banyak slide atau film yang disajikan kepada responden dengan mengklasifikasikan jawabanya dengan sama- tidak sama. Menyenangkan-tidak menyenangkan, dan sebagainya. Dari hasil penelitiannya tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
1.      Corehence
Tingkatan pemandangan objek yang saling tergantung atau memililiki organisasi, semakin koheren akan semakin besar utuk dipilih pemandangnya. Sebagai contoh, apabila kita melihat lukisan yang paling banyak digemari adalah lukisan dengan aliran realisme. Hal ini dikarnakan lukisan tersebut mudah dipahami. Demikian pula dengan penataan lingkungan yang terorganisasi akan lebih menyenangkan, karena mudah untuk dipahami. Pengorganisasian lingkungan yang baik dapat dilihat saat kita melihatnya.
2.      Legibility
Tingkatan yang dapat membedakan pengamat untuk memahami atau mengategorikan isi pemandangan objek . semakin besar legibility akan semakin dipilih. Pengunjung daerah wisata akan dengan mudah memahahami apa yang dilihat, karena ia dapat mengelola isi kognisi yang demikian nya dengan apa yang dilihat. Hal ini berarti seseorang dengan ketegori yang dimiliki dalam kognisi dapat menduga makna lingkungan yang demikianya. Apabila lingkungan yang dilihatnya tidak sesuai dengan kategori pengetahuan yang dimilikinya, maka seseorang akan merasa sulit untuk menikmatinya, sehingga sebagian besar manusia akan meninggalkan lingkungan tersebut.
3.      Complexity
Jumlah dan variasi dari elemen-elemen pemandangan atau objek yang berada di lingkungan, seperti perumahan, kompleks pertokoan dan pusat pembelanjaan. Semakin beragam suatu lingkungan akan lebih menarik, bila dibandingkan dengan lingkungan yang tidak kompleks atau monoton. Lingkungan yang monoton akan menimbulkan kebosanan. Kebosanan terjadi karena stimulasi lingkungan yang kurang.
4.      Mystery
Tingkatan dimana pemandangan objek berisikan informasi tersembunyi, dengan adanya salah satu tergambarkan dalam pemandangan akan dicari informasinya. apat Demikian pula dengan lingkungan yang dimiliki informasi tersembunyi akan menimbulkan keinginan seseorang untuk mencari tahu informasi yang tersembunyi di lingkungannya. Tersembunyinya informasi dapat terjadi pada objek yang lama ataupun objek yang masih baru. Dengan mengetahui informasi yang tersembunyi seseorang akan memiliki pengetahuan tentang objek yang terdapat di lingkungan tersebut.
Apabila kita melihat suatu lingkungan yang diminati oleh banyak orang, seperti daerah tujuan wisata Pulau Bali, Kota Yogyakarta, Jakarta, Bandung dan sebagainya. Daerah wisata Pulau Bali merupakan pilihan banyak orang untuk berpariwisata. Wisatawan mancanegara banyak yang berkunjung ke Pulau Bali. Demikian pula hal nya dengan wisatawan nusantara banyak yang memilih berkunjung ke Pulau Bali. Mengapa hal ini terjadi ?
Pulau Bali merupakan daerah tujuan wisata pilihan wisatawan. Apabila menggunakan model dari kaplan, maka dapatlah dipahami bila Pulau Bali menjadi pilihan wisatawan. Pulau Bali memiliki kelengkapan faktor-faktor dalam model Kaplan. Sebagai daerah tujuan wisata, pulau Bali memililiki pengorganisasian lingkungan yang baik, pemandangan pegunungnan, laut, dan sebagainya tertata atau terorganisasi dengan baik, sehinggga memudahkan untuk dipahami. Tingkat pengorganisasian yang baik dan mudah diingat, sderta menyenangkan akan memiliki daya tarik tersendiri, sehinggga pulau bali akan menjadi daerah pilihan untuk berwisata. Demikian pula dengan mudahkan wisatawan dalam membuat kategorisasi apa yang diamatinya dilingkungan Pulau Bali.
Berbagai atraksi dan variasi pemandangan serta aktivitas dapat dijumpai di Pulau Bali (kompleksitas). Tari-tarian dan atraksi budaya memiliki daya tari tersendiri, keragaman atraksi seni dan pemandangan dan aktivitas berwisata melengkapi keragaman yang dapat di nikmati oleh wisatawan di . Pulau Bali. Kunjungan wisata kepulau Bali menjadi sangat menarik dan tidak membosankan, karena banyak hal yang dinikmati oleh wisatawan. Demikian pula dengan aktivitas keagamaan yang menyatu dalam berbagai aktivitas masyarakat Bali menjadi suatu daya tarik tersendiri. Aktivitas agama merupakan misteri bagi wisatawan. Wisatawan ingin mencari tahu mengapa prilaku masyarakat dalam ritual agama dapat menyatu dengan aktivitas lainnya. Oleh karena itu, model Kaplan tersebut dapat menjelaskan mengapa pulau bali menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Pulau Bali relatif tidak terlampau besar, sehingga dalam waktu yang tidak lama wisatawan dapat mengeksplorasi seluruh aktivitas wisata di Pulau Bali. Sedangkan di daerah wisata lainnya, tampak tidak selengkap aplikasi model Kaplan yang diterapkan untuk melakukan evaluasi lingkungan. Didalam melakukan evaluasi lingkungan hal-hal yang positif dan menyenangkan akan lebih memudahkan dalam mengingatnya. Kemudian hasil penilaian lingkungan tersebut akan menjadi bahan referensi bagi wisatawan.
C.     Estetik
Estetik dapat dikatakan sebagai refleksi kritis pada seni, budaya dan alam. Namun demikian estetik pada dasarnya merupakan suatu keputusan pada orang yang melihatnya. Hal ini berarti bahwa estetika bagi seseorang merupakan suatu komparasi  sensoris tertang suatu objek atau lingkungan. Dimana selera yang terkait dengan proses sensoris tersebut akan berhubungan dengan emosi yang menyenangkan bagi orang yang melihatnya, sehingga ia dapat menyatakan (memutuskan) lingkungannya adalah indah.
Seseorang dapat mengatakan suatu lingkungan adalah indah tidak terlepas dari proses presepsi. Di mana faktor sensoris memiliki peran dalam melihat lingkungan yang indah. Selain faktor sensoris yang berperan terdapat fungsi psikologis lainnya yang dapat mengarahkan pengindraan kita, yaitu faktor selera yang akan mengarahkan pengindraan kita dalam menikmati lingkungan. Namun demikian, sebelum seseorang dapat menikmati lingkungan , ia harus melakukan interpretasi tentang lingkungan tersebut. Artinya, dalam intepretasi tersebut apakah lingkungan tersebut indah atau tidak. Di mana proses interpretasi tersebut melibatkan fungsi psikologis, yaitu emosi, pengalaman, nilai, dan intelektual.
Selera yang mengarahkan pada proses pengindraan dan kemudian diinterprestasikan keindahan lingkungan, memerlukan proses yang panjang. Hal ini tidak begitu saja muncul atau sesaat, karena selera memerlukanproses dan waktu. Selera akan terkait dengan status sosial seseorang. Di mana dengan status sosial yang melekat pada dirinya, ia akan mendapatkan pengalaman sesuai dengan kemampuannya, seperti pendidikan, dan fasilitas lainnya serta latar belakang yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, penilaian indah suatu lingkungan akan terkait dengan variabel ekonomi, nilai moral seseorang, nilai budaya, kondisi politik. Misalnya seseorang menyatakan bahwa suatu lingkungan perumahan indah atau tidak dapat dikaitkan dengan setratus sosial yang melihatnya.
Bila dikaji lebih lanjut mengenai estetik, maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menyatakan indahnya suatu lingkungan.
1.      Emosi
Emosi merupakan proses evaluasi yang singkat mengenai stimulus atau lingkungan yang dihadapinya. Penilaian terhadap lingkungan yang positif akan mengaitkan pada pengalaman subjektif mengenai emosi. Apabila lingkungan yang menstimulir seseorang yang sesuai dengan yang di inginkan, maka seseorang akan merasa senang. Ahli psikologi yang bernama Bower dalam network theory mengenai emosi, menyatakan bahwa seseorang dalam suasana hati yang senang ketika menghadapi lingkungan, maka ia akan mengaitkan perasaan senang pada masa lampaunya. Hal ini terkait dengan pengalaman yang menyenangkan bagi dirinya untuk melihat objek yang indah dan di kaguminya.
2.      Pandangan estetika yang menggunakan intelektual
Dalam pandangan estetika ini sudah tentu menggunakan fungsi kecerdasan dalam melakukan penilaian. Kemampuan analisis dalam melakukan penilaian akan turut berperan, sehingga ia dapat memutuskan apakah lingkunganya indah atau tidak. Namun demikian, untuk dapat menganalisis lingkungan tersebut diperlukan pengetahuan. Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan tentang suatu objek yang terkait dengan estetika akan berbeda dengan seseorang yang mempunyai pendidikan yang tidak terkait dengan estetika. Oleh karenya nya pendapat estetika antara seorang arsitek dengan orang awam akan berbeda dalam menilai estetika.
3.      Budaya
Keindahan pada setiap budaya akan berbeda-beda. Sebagaimana diketahui, warn adalam produk seni budaya minang didominasi oleh warna kuning keemasan dan merah. Sedangkan warna di budaya toraja didominasi warna merah dan hitam, dipapua didominasi oleh warna coklat tanah dan hitam. Lain halnya dengan budaya cina yang mengekspresikan warna merah untuk kebahagiaaan. Warna merah memiliki arti yang berbeda pada setiap budaya, sehingga keindahanya pun akan berbeda. Oleh karena itu, faktor budaya akan mewarnai dalam estetik.
4.      Pilihan
Estetika merupakan pilihan seseorangyang memiliki cita rasa, ataupun terkait dengan nilai yang diyakininya. Pilihan dalam estetika tidak terlepas dari faktor intelektual  yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dikarnakan adanya keputusan yang diambil oleh seseorang untuk menyatakan bahwa lingkungan yang dilihatnya memiliki estetika. Lingkungan yang terpilih memiliki estetika tersebut tidak terlepas dari pengetahuan yang dimiliki seseorang. Misalnya mengapa seseorang lebih memilih berlibur ke pantai kuta, dari pada pantai pangandaran di Jawa Barat. Pilihan yang banyak dipilih oleh orang banyak pun akan menjadi referensi seseorang dalam melakukan pilihan.
5.      Nilai
Fungsi nilai dalam menentukan estetika sangatlah luas. Nilai-nilai Religi, seni, budaya dan ekonomi, merupakan nilai-nilai yang dapat menentukan seseorang dalam memutuskan suatu lingkungan atau objek mempunyai estetika atau tidak. Estetika sendiri pada dasarnya merupakan suatu nilai yang di miliki seseorang.
6.      Estetika merupakan keputusan yang disadari
Keputusan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyatakan bahwa lingkungan yang di amatinya memiliki nilai estetik, adalah keputusan yang disadari. Hal ini berarti bahwa seseorang yang mengamati suatu lingkungan menyadari adanya suatu hubungan intensi antara dirinya dan lingkungan. Hubungan yang menyenangkan diri nya tersebut, maka ia menyadari bahwa keputusan tentang lingkungan yang diamatinya benar-benar indah, cantik, dan menarik.

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Pemilihan suatu lingkungan dapat menggunakan model dari Kaplan, yang memiliki 4 faktor, yaitu : Coherence, Legibility, Complexity dan Mystery. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menilai lingkungan adalah memiliki estetika, yaitu : Emosi, pandangan estetika yang menggunakan intelektual, budaya, pilihan, nilai, dan estetika merupakan keputusan yang disadari.
B.     Saran
Jagalah lingkungan dan lestarikan lah apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Agar generasi penerus tetap merasakan ke indahan alam ini.
C.     Ayat Suci Al-quran
QS. Al-‘Araf :56
Artinya :
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.





DAFTAR PUSTAKA

Zulrizka Iskandar, 2012.”Psikologi Lingkungan: Teori dan Konsep”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar