TEORI
BELAJAR MENURUT ALIRAN BEHAVIORISTIK DAN LANDASAN FILOSOFISNYA

Oleh :
Kelompok 1
1.
Ahmad
Sanjali (14130070)
2.
Elyana Wardani (14130052)
3.
Intan Apridayanti (14130055)
4.
Mar’ah Fitriana (14130087)
5.
Murni Nur
Indah Sari (14130058)
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat
Allah SWT, karena berkat rahmat danhidayah-Nyapenulisdapatmenyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1.
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya.
2.
Prof. Dr. H. Karwono, M.Pdselakudosenpembimbing.
3.
Kedua orang tuapenulis
yang senantiasamemberikansemangatdandukungankepadapenulis.
4.
Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini yang jauh dari sempurna baik
dalam bentuk, dalam penyajian, maupun susunan kata-katanya. Hal ini mengingat
segala keterbatasan yang ada pada diri penulis.
Untuk itu penulis mohon kritik dan sarannya agar
dapat menjadi motivasi dan pelajaran bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Metro, 29 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ....................................................................................... i
KATA
PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang............................................................................................
1
B. RumusanMakalah......................................................................................
1
C. TujuanPenulisanMakalah.........................................................................
1
D. ProsedurMakalah.......................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teori Belajar Behavioristik ................................................... 2
B.
Landasan
Filosofis Teori Behavioristik ................................................... 2
C.
KeunggulandanKelemahanTeoriBehavioristik......................................
11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 12
B. Saran........................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Makalah ini
membahas tentang pengertian teori behavioristik dan para ahli yang menyetuskan
teori tersebut sebagai bentuk landasan filosofis teori behavioristik serta
membahas tentang kelemahan dan kelebihan teori belajar behavioristik.
B.
Rumusan Makalah
1.
Apa pengertian dari teori belajar behavioristik
2.
Siapa saja para ahli yang menyetuskan teori belajar
behavioristik
3.
Bagaimana kelebihan dan kelemahan teori belajar
behavioristik
C.
Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis guna memenuhi
tugas mata kuliah dinamika kelompok adi Universitas Muhammadiyah Metro.Dengan
harapan dapat bermanfaat bagi pembacaa dan penulis.
D.
Prosedur Makalah
Prosedur yang penulis terapkan dalam
penyusunan makalah ini adalah kajian pustaka dan metode diskriptif. Kajian
pustaka yang dirapkan berupa kegiatan membaca data yang dapat diolah dengan
menggunakan tekhnik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data dan
mengaplikasikan data tersebut dalam konteks judul makalah dan melalui metode
deskriptif ini penulis akan menguraikan permasalahanya secara jelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teori Belajar behavioristik
Teori Belajar behavioristik adalah teori belajar
yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon.Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner.Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif.Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon.Oleh karena itu sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan
sesuatu yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan
diukur.Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
penting untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak.
B.
Landasan
Filosofis Teori Behavioristik
Landasan
filosofis dari teori behavioristik merupakan pemikiran dari para ahli yang
membahas mengenai teori behavioristik diantaranya yaitu :
a.
Pavlov
Ivan pavlov terkenal dengan teori pengkondisian klasik, yaitu sejenis
pembelajaran dimana sebuah organisme belajar untuk menghubungkan atau
mengasosiasikan stimulus dengan respons (salvin, 1996). Classic
conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli
dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov
dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana
gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.
Untuk memahami teori kondisioning klasik secara
menyeluruh perlu dipahami ada dua jenis stimulus dan dua jenis respon, yaitu :
1)
Stimulus yang
tidak terkondisi (unconditioned stimulus- UCS ), yaitu stimulus yang secara
otomatis menghasilkan respon tanpa didahului dengan pembelajaran apapun. Contoh :Makanan.
2)
Stimulus terkondisi
(conditioned stimulus-CS), yaitu stimulus yang sebelumnya bersifat netral,
akhirnya mendatangkan sebuah respon yang terkondisi setelah diasosiasikan
dengan stimulus tidak terkondisi. Contoh :
suara bel sebelum makanan datang
3)
Respons yang tidak terkondisi
(unconditioned respons-UCR), yaitu sebuah respons yang tidak dipelajari secara
otomatis disebabkan oleh stimulus yang tidak terkondisi. Contoh : keluar air
liur anjing setelah melihat makanan
4)
Respons terkondisi (conditioned
respons-CR), yaitu sebuah respons yang dipelajari terhadap stimulus yang
terkondisi yang terjadi setelah stimulus stimulus tidak terkondisi dipasangkan
dengan stimulus terkondis. Contoh : keluarnya air liur anjing setelah melihat
makanan yang bersamaan dengan suara bel.
Jalannya
percobaan pavlov
Sebelum pengkondisian :


Pengkondisian :

Setelah pengkondisian :

Faktor lain yang
juga penting dalam teori belajar pengkondisian klasik Pavlov adalah
generalisasi,deskriminasi,dan pelemahan.
1)
Generalisasi.
Dalam
mempelajari respon terhadap stimulus serupa, anjing akan mengeluarkan air liur
begitu mendengar suara-suara yang mirirp dengan bel, contoh suara peluit
(karena anjing mengeluarkan air liur ketika bel dipasangkan dengan makanan).
Jadi,generalisasi melibatkan kecenderungan dari stimulus baru yang serupa
dengan stimulus terkondisi asli untuk menghasilkan respon serupa. Contoh,
seorang peserta didik merasa gugup ketika dikritik atas hasil ujian yang jelek
pada mata pelajaran matematika. Ketika mempersiapkan ujian Fisika, peserta
didik tersbut akan merasakan gugup karena kedua pelajaran sama-sama berupa
hitungan. Jadi kegugupan peserta didik tersebut hasil generalisasi dari
melakukan ujian mata pelajaran satu kepada mata pelajaran lain yang mirip.
2)
Deskriminasi.
Organisme merespon stimulus tertentu, tetapi tidak terhadap yang lainnya.
Pavlov memberikan makanan kepada anjing hanya setelah bunyi bel, bukan setelah
bunyi yang lain untuk menghasilkan deskriminasi. Contoh, dalam mengalami ujian
dikelas yang berbeda, pesrta didik tidak merasa sama gelisahnya ketika
menghadapi ujian bahasa Indonesia dan sejarah karena keduanya merupakan subjek
yang berbeda.
3)
Pelemahan (extincition).
Proses melemahnya stimulus yang terkondisi dengan cara menghilangkan stimulus
tak terkondisi. Pavlov membunyikan bel berulang-ulang, tetapi tidak disertai
makanan.Akhirnya, dengan hanya mendengar bunyi bel, anjing tidak mngeluarkan
air liur.Contoh, kritikan guru yang terus menerus pada hasil ujian yang jelek,
membuat peserta didik tidak termotivasi belajar.Padahal, sebelumnya peserta
didik pernah mendapat nilai ujian yang bagus dan sangat termotivasi belajar.
Dalam bidang pendidikan, teori
kondisioning klasik digunakan untuk mengembangkan sikap yang menguntungkan
terhadap pesrta didik untuk termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih
kebiasaan positif pesrta didik.
b.
Skiner
Konsep-konsep
yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep
lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya.Ia mampu menjelaskan konsep
belajar secara sederhana dan dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara
komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang
terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan
perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh
sebelumnya.
Oleh sebab
itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar perlu terlebih dahulu
memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respons
yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul
sebagai akibat dari respons tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa, dengan
menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah
laku hanya akan menambah rumitnya masalah.
Sebab,
setiap alat yang dipergunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Dari semua pendukung Teori behavioristik, Teori Skinnerlah yang paling besar
pengaruhnya. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine,
Pembelajaran berpogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.
1)
Penguatan (Reinforcement)
Menurut Skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan perilaku
diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada juga jenis penguatan,
yaitu penguatan positif dan penguatan negative.
a)
Penguatan positif(positive
reninforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari
suatu respon akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung
penghargaan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti oleh
stimulus menyenangkan. Contoh, peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga
mendapat rangking satu akan diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku
yang ingin diulang atau ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi
rangking satu dan penguatan positif/stimulus menyenangkan adalah pemberian
sepeda.
b)
Penguatan negatif(negatve reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena
diikuti dengan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan.
Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan. Contoh, pesreta didik sering
bertanya dan guru menghilangkan/tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak
berkenan dihati guru sehingga peserta didik akan sering bertanta. Jadi,
perilaku yang ingin di ulangi atau ditingkatkan adlah sering bertanya dan
stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan adalah kritikan guru
sehingga peserta didik tidak malu dan akan sering bertanya karena guru tidak
mengkritik pertanyaan yang tidak berbobot/melenceng.
2)
Hukuman
Hukuman (punishmen) yaitu suatu konsekuensi yang menurunkan peluang
terjadinya suatu perilaku. Jadi, perilaku yang tidak diharapkan ak an menurun
atau bahkan hilang karena diberikan suatu stimulus yang tidak menyenangkan.
Contoh, peserta didik yang berperilaku mencontek akan diberikan sanksi, yaitu
jawabannya tidak diperiksa dan nilainya 0 (stimulus yang tidak
menyenangkan/hukuman). Perilaku yang ingin dihilangkan adalah perilaku
mencontek dan jawaban tidak diperiksa serta nilai 0 (stimulus yang tidak
menyenangkan atau hukuman).
Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman terletak pada perilaku yang
ditimbulkan.Pada penguatan negatif, menghilangkan stimulus yang tidak
menyenangkan (kritik) untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan (sering
bertanya).Pada hukuman, pemberian stimulus yang tidak menyenangkan nilai 0
untuk menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan (perilaku mencontek).
c.
Throndike
Menurut
Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus
adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.Dalam eksperimennya,
Thorndike menggunakan kucing.Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam
sangkar (puzzle box) tersebut diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara
stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat
serta melalui usaha –usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan
kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.Bentuk paling dasar dari belajar
adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan
berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.Oleh karena itu teori belajar yang
dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar
koneksionisme atau teori asosiasi.
Dari
percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut
1)
Hukum Kesiapan(law of readiness),
yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku,
maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2)
Hukum Latihan (law of exercise),
yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan), maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara
kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat
karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak
dilanjutkan atau dihentikan. Sehingga prinsip dari hokum ini menunjukkan bahwa
prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi
pelajaran akan semakin dikuasai.
3)
Hukum akibat(law of effect), yaitu
hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan
cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada
makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan
yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan
diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan
cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
d.
Edwin Guthrie
Demikian halnya dengan Edwin Guthrie, ia juga
menggunakan variabel hubungan stimulus dan respons untuk menjelaskan terjadinya
proses belajar. Menurut Edwin, stimulus tidak harus berhubungan dengan
kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Clark
dan Hull. Dalam hal ini, hubungan antara stimulus dan respons cenderung hanya
bersifat sementara.Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar perlu diberikan
sesering mungkin stimulus agar hubungan antara stimulus dan respons bersifat
lebih tetap.Ia juga mengemukakan agar respons yang muncul sifatnya lebih kuat
dan bahkan menetap, sehingga diperlukan berbagai macam stimulus yang
berhubungan dengan respons tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman(punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat
yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Setelah Skinner
mengemukakan dan mempopulerkan pentingnya penguatan (reinforc/ement)
dalam teori belajarnya, sehingga hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.
Menurut
Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan rangkaian
tingkah laku yang terdiri atas unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan
respon-respon dari stimulus sebelumnya dan kemudian unit respon tersebut
menjadi stimulus yang kemudian akan menimbulkan respon bagi unit tingkah laku
yang berikutnya. Prinsip belajar pembentukan tingkah laku ini disebut “ Law
of Association”.
Menurut
Guthrie, untuk memperbaiki tingkah laku yang buruk harus dilihat dari deretan
unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk menghilangkan atau
mengganti unit tingkah laku yang tidak baik dengan tingkah laku yang
seharusnya.
e.
Watson
Watson
merupakan seorang behavioris murni.Kajian Watson tentang belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada
pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan diukur.Menurut
Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons.Dalam
hal ini, stimulus dan respons yang dimaksud dibentuk dari tingkah laku yang
dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Watson mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar dan ia
menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.
f.
Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara
stimulus dan respons untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Dalam hal
ini, ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles
Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu,
teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemenuhan kebutuhan biologis
adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia.
Sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis, walaupun respons yang mungkin akan muncul dapat bermacam-macam
bentuknya. Dalam kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan
dalam kehidupan praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan
teorinya.Hingga saat ini, teori Hull masih sering dipergu nakan dalam berbagai
eksperimen di laboratorium.
C. Keunggulan dan Kelemahan Teori Behavioristik
a.
Keunggulan
Teori Behavioristik
1)
Teori ini cocok diterapkan untuk
melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
2)
Membiasakan guru untuk bersikap jeli
dan peka pada situasi dan kondisi belajar
b.
Kelemahan
Teori Behavioristik
1)
Pembelajaran siswa yang berpusat
pada guru (teacher centered learning), bersifatmekanistik, danhanya
berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
2)
Murid hanya mendengarkan dengan
tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah
satu cara untuk mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal maupun
fisik seperti kata – kata kasar, ejekan , jeweran yang justru berakibat
buruk pada siswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa Teori Belajar behavioristik adalah teori belajar yang
menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon,serta memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon
terhadap lingkungan,pengalaman dan latihan yang akan membentuk prilaku mereka.
Adapun Tokoh penting yang berpengaruh dalam teori belajar behavioristik secara
teori antara lain adalah : Pavlov,Skinner,E.L.Thorndke, E.R.Guthrie,Clark
Hull,dan watson. Dari semua pendukung Teori behavioristik, Teori Skinnerlah
yang paling besar pengaruhnya.
B. Saran
Dari makalah
ini diharapkan dapat menjadi bekal kita nantinya sebagai calon pendidik agar
tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien.
DAFTAR PUSTAKA
Karwono, Heni Mularsih. 2012.
Belajar dan Pembelajaran. Jakata : PT Rajagrafindo Persada
http://rhazhie.blogspot.co.id/2012/10/makalah-teori-belajar-menurut-aliran.html(diunduh 28 september 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar