Senin, 19 Oktober 2015

TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN BEHAVIORISTIK DAN LANDASAN FILOSOFISNYA



MAKALAH KELOMPOK
TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN BEHAVIORISTIK DAN LANDASAN FILOSOFISNYA
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Belajar dan Pembelajaran dengan dosen pengampu : Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd





Oleh :
Kelompok 1
1.        Ahmad Sanjali                (14130070)
2.        Elyana Wardani              (14130052)
3.        Intan Apridayanti            (14130055)
4.        Mar’ah Fitriana               (14130087)
5.        Murni Nur Indah Sari    (14130058)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2015

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat danhidayah-Nyapenulisdapatmenyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.
2.      Prof. Dr. H. Karwono, M.Pdselakudosenpembimbing.
3.      Kedua orang tuapenulis yang senantiasamemberikansemangatdandukungankepadapenulis.
4.      Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini yang jauh dari sempurna baik dalam bentuk, dalam penyajian, maupun susunan kata-katanya. Hal ini mengingat segala keterbatasan yang ada pada diri penulis.
Untuk itu penulis mohon kritik dan sarannya agar dapat menjadi motivasi dan pelajaran bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Metro, 29 September 2015

Penulis


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................  i
KATA PENGANTAR ....................................................................................  ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang............................................................................................ 1         
B.     RumusanMakalah...................................................................................... 1
C.    TujuanPenulisanMakalah......................................................................... 1
D.    ProsedurMakalah....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori Belajar Behavioristik ...................................................  2
B.     Landasan Filosofis Teori Behavioristik ...................................................  2
C.    KeunggulandanKelemahanTeoriBehavioristik...................................... 11
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................ 12
B.     Saran........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Makalah ini membahas tentang pengertian teori behavioristik dan para ahli yang menyetuskan teori tersebut sebagai bentuk landasan filosofis teori behavioristik serta membahas tentang kelemahan dan kelebihan teori belajar behavioristik.
B.     Rumusan Makalah
1.      Apa pengertian dari teori belajar behavioristik
2.      Siapa saja para ahli yang menyetuskan teori belajar behavioristik
3.      Bagaimana kelebihan dan kelemahan teori belajar behavioristik
C.    Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah dinamika kelompok adi Universitas Muhammadiyah Metro.Dengan harapan dapat bermanfaat bagi pembacaa dan penulis.
D.    Prosedur Makalah
Prosedur yang penulis terapkan dalam penyusunan makalah ini adalah kajian pustaka dan metode diskriptif. Kajian pustaka yang dirapkan berupa kegiatan membaca data yang dapat diolah dengan menggunakan tekhnik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data dan mengaplikasikan data tersebut dalam konteks judul makalah dan melalui metode deskriptif ini penulis akan menguraikan permasalahanya secara jelas.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori Belajar behavioristik
Teori Belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner.Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.  Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah segala hal yang diberikan oleh guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon.Oleh karena itu sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan sesuatu yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak.
B.     Landasan Filosofis Teori Behavioristik
Landasan filosofis dari teori behavioristik merupakan pemikiran dari para ahli yang membahas mengenai teori behavioristik diantaranya yaitu :
a.       Pavlov
Ivan pavlov terkenal dengan teori pengkondisian klasik, yaitu sejenis pembelajaran dimana sebuah organisme belajar untuk menghubungkan atau mengasosiasikan stimulus dengan respons (salvin, 1996). Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.
Untuk memahami teori kondisioning klasik secara menyeluruh perlu dipahami ada dua jenis stimulus dan dua jenis respon, yaitu :
1)      Stimulus yang tidak terkondisi (unconditioned stimulus- UCS ), yaitu stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa didahului dengan pembelajaran apapun. Contoh :Makanan.
2)      Stimulus terkondisi (conditioned stimulus-CS), yaitu stimulus yang sebelumnya bersifat netral, akhirnya mendatangkan sebuah respon yang terkondisi setelah diasosiasikan dengan stimulus tidak terkondisi. Contoh : suara bel sebelum makanan datang
3)      Respons yang tidak terkondisi (unconditioned respons-UCR), yaitu sebuah respons yang tidak dipelajari secara otomatis disebabkan oleh stimulus yang tidak terkondisi. Contoh : keluar air liur anjing setelah melihat makanan
4)      Respons terkondisi (conditioned respons-CR), yaitu sebuah respons yang dipelajari terhadap stimulus yang terkondisi yang terjadi setelah stimulus stimulus tidak terkondisi dipasangkan dengan stimulus terkondis. Contoh : keluarnya air liur anjing setelah melihat makanan yang bersamaan dengan suara bel.
Jalannya percobaan pavlov
Sebelum pengkondisian :
Makanan (UCS)    Anjing mengeluarkan air liur (UCR) - Anjing merespon Bel     (stimulasi netral)Anjing tidak berliur (Anjing tidak merespon)
Pengkondisian :
Bel (Stimulasi netral)     Makanan (UCS) Anjing mengeluarkan air liur (UCR) dan anjing merespon
Setelah pengkondisian :
Bel (stimulasi terkondisi-CS)    Anjing mengeluarkan air liur (Respon terkondisi-CR).
 Faktor lain yang juga penting dalam teori belajar pengkondisian klasik Pavlov adalah generalisasi,deskriminasi,dan pelemahan.
1)      Generalisasi.
Dalam mempelajari respon terhadap stimulus serupa, anjing akan mengeluarkan air liur begitu mendengar suara-suara  yang mirirp dengan bel, contoh suara peluit (karena anjing mengeluarkan air liur ketika bel dipasangkan dengan makanan). Jadi,generalisasi melibatkan kecenderungan dari stimulus baru yang serupa dengan stimulus terkondisi asli untuk menghasilkan respon serupa. Contoh, seorang peserta didik merasa gugup ketika dikritik atas hasil ujian yang jelek pada mata pelajaran matematika. Ketika mempersiapkan ujian Fisika, peserta didik tersbut akan merasakan gugup karena kedua pelajaran sama-sama berupa hitungan. Jadi kegugupan peserta didik tersebut hasil generalisasi dari melakukan ujian mata pelajaran satu kepada mata pelajaran lain yang mirip.
2)      Deskriminasi.
Organisme merespon stimulus tertentu, tetapi tidak terhadap yang lainnya. Pavlov memberikan makanan kepada anjing hanya setelah bunyi bel, bukan setelah bunyi yang lain untuk menghasilkan deskriminasi. Contoh, dalam mengalami ujian dikelas yang berbeda, pesrta didik tidak merasa sama gelisahnya ketika menghadapi ujian bahasa Indonesia dan sejarah karena keduanya merupakan subjek yang berbeda.
3)      Pelemahan (extincition).
Proses melemahnya stimulus yang terkondisi dengan cara menghilangkan stimulus tak terkondisi. Pavlov membunyikan bel berulang-ulang, tetapi tidak disertai makanan.Akhirnya, dengan hanya mendengar bunyi bel, anjing tidak mngeluarkan air liur.Contoh, kritikan guru yang terus menerus pada hasil ujian yang jelek, membuat peserta didik tidak termotivasi belajar.Padahal, sebelumnya peserta didik pernah mendapat nilai ujian yang bagus dan sangat termotivasi belajar.
Dalam bidang pendidikan, teori kondisioning klasik digunakan untuk mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap pesrta didik untuk termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif pesrta didik.
b.      Skiner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya.Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.
Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respons yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respons tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa, dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah.
Sebab, setiap alat yang dipergunakan perlu penjelasan lagi, demikian  seterusnya. Dari semua pendukung Teori behavioristik, Teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berpogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.
1)      Penguatan (Reinforcement)
Menurut Skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan perilaku diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada juga jenis penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negative.
a)      Penguatan positif(positive reninforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung penghargaan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti oleh stimulus menyenangkan. Contoh, peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga mendapat rangking satu akan diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin diulang atau ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi rangking satu dan penguatan positif/stimulus menyenangkan adalah pemberian sepeda.
b)      Penguatan negatif(negatve reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan. Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan. Contoh, pesreta didik sering bertanya dan guru menghilangkan/tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak berkenan dihati guru sehingga peserta didik akan sering bertanta. Jadi, perilaku yang ingin di ulangi atau ditingkatkan adlah sering bertanya dan stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik tidak malu dan akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan yang tidak berbobot/melenceng.
2)      Hukuman
Hukuman (punishmen) yaitu suatu konsekuensi yang menurunkan peluang terjadinya suatu perilaku. Jadi, perilaku yang tidak diharapkan ak an menurun atau bahkan hilang karena diberikan suatu stimulus yang tidak menyenangkan. Contoh, peserta didik yang berperilaku mencontek akan diberikan sanksi, yaitu jawabannya tidak diperiksa dan nilainya 0 (stimulus yang tidak menyenangkan/hukuman). Perilaku yang ingin dihilangkan adalah perilaku mencontek dan jawaban tidak diperiksa serta nilai 0 (stimulus yang tidak menyenangkan atau hukuman).
Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman terletak pada perilaku yang ditimbulkan.Pada penguatan negatif, menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan (kritik) untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan (sering bertanya).Pada hukuman, pemberian stimulus yang tidak menyenangkan nilai 0 untuk menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan (perilaku mencontek).
c.       Throndike
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.Dalam eksperimennya, Thorndike menggunakan kucing.Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) tersebut diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut
1)      Hukum Kesiapan(law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2)      Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Sehingga prinsip dari hokum ini menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
3)      Hukum akibat(law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi. 
d.      Edwin Guthrie
Demikian halnya dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respons untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Menurut Edwin, stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Clark dan Hull. Dalam hal ini, hubungan antara stimulus dan respons cenderung hanya bersifat sementara.Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar perlu diberikan sesering mungkin stimulus agar hubungan antara stimulus dan respons bersifat lebih tetap.Ia juga mengemukakan agar respons yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, sehingga diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respons tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan pentingnya penguatan (reinforc/ement) dalam teori belajarnya, sehingga hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.
Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan rangkaian tingkah laku yang terdiri atas unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respon-respon dari stimulus sebelumnya dan kemudian unit respon tersebut menjadi stimulus yang kemudian akan menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Prinsip belajar pembentukan tingkah laku ini disebut “ Law of Association”.
Menurut Guthrie, untuk memperbaiki tingkah laku yang buruk harus dilihat dari deretan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk menghilangkan atau mengganti unit tingkah laku yang tidak baik dengan tingkah laku yang seharusnya.
e.       Watson
Watson merupakan seorang behavioris murni.Kajian Watson tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan diukur.Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons.Dalam hal ini, stimulus dan respons yang dimaksud dibentuk dari tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Watson mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar dan ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.
f.       Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respons untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Dalam hal ini, ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemenuhan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia. Sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respons yang mungkin akan muncul dapat bermacam-macam bentuknya. Dalam kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan dalam kehidupan praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya.Hingga saat ini, teori Hull masih sering dipergu nakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium.
C.    Keunggulan dan Kelemahan Teori Behavioristik
a.       Keunggulan Teori Behavioristik
1)      Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
2)      Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar
b.      Kelemahan Teori Behavioristik
1)      Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifatmekanistik, danhanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
2)      Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang   didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar, ejekan ,  jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan  bahwa Teori Belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon,serta memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan,pengalaman dan latihan yang akan membentuk prilaku mereka. Adapun Tokoh penting yang berpengaruh dalam teori belajar behavioristik secara teori antara lain adalah : Pavlov,Skinner,E.L.Thorndke, E.R.Guthrie,Clark Hull,dan watson. Dari semua pendukung Teori behavioristik, Teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya.
B.     Saran
Dari makalah ini diharapkan dapat menjadi bekal kita nantinya sebagai calon pendidik agar tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien.














DAFTAR PUSTAKA

Karwono, Heni Mularsih. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakata : PT Rajagrafindo Persada
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar