MAKALAH KELOMPOK
EVALUASI
LINGKUNGAN DAN LINGKUNGAN YANG DIPILIH
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi
Lingkungan
dengan dosen pengampu :
Mudaim,
M.Si.

Oleh :
Kelompok 3
1.
Eva Lusiana (14130079)
2.
Isti Khoirunisa (14130085)
3.
Mar’ah Fitriana (14130087)
4.
Yoga Apriyanto (14130094)
JURUSAN BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2015
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan baik.
Dalam
menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.
2.
Bapak Mudaim, M.Si selaku
dosen pembimbing.
3.
Kedua
orang tua kami yang senantiasa memberikan semangat dan dukuungan kepada kami.
4.
Semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini
yang jauh dari sempurna baik dalam bentuk, dalam penyajian, maupun susunan
kata-katanya. Hal ini mengingat segala keterbatasan yang ada pada diri penulis.
Untuk
itu penulis mohon kritik dan sarannya agar dapat menjadi motivasi dan pelajaran
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Metro,
14 maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ........................................................................................... 1
B.
Rumusan
Makalah ...................................................................................... 1
C.
Tujuan
Penulisan Makalah ......................................................................... 1
D.
Prosedur
Makalah ...................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Evaluasi
Lingkungan dan Persesi Lingkungan...........................................
2
B.
Lingkungan Terpilih ................................................................................... 2
C.
Estetik...........................................................................................................
5
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
.................................................................................................. 8
B.
Saran............................................................................................................
8
C.
Ayat
Suci Al-qur’an .................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Evaluasi merupakan
suatu elemen dalam komponen kognitif yang paling dalam. Evaluasi berada dalam
proses yang terjadi di komponen kognitif yang lebih dalam dibandingkan
persepsi. Dimana persepsi berada paling luar, sehingga persepsi sangatlah
subjektif dan mudah sekali berubah pemaknaanya. Sedangkan dalam proses evaluasi
memerlukan fungsi kognitif lainya, yaitu kemampuan menganalisis, sehingga
berbagai fungsi psikologisnya akan banyak berperan.
B. Rumusan Makalah
1.
Apa
maksut dari evaluasi lingkungan dan persepsinya ?
2.
Bagaimana
karakteristik lingkungan terpilih ?
3.
Apa
yang dimaksud dengan estetik ?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
1.
Memberikan
pemahaman mengenai proses persepsi lingkungan
2.
Memberikan
pemahaman mengenai evaluasi lingkungan
3.
Memberikan
pemahaman mengapa seseorang memilih suatu lingkungan
D.
Prosedur Makalah
Prosedur
yang penulis terapkan dalam penyusunan makalah ini adalah kajian pustaka dan
metode diskriptif. Kajian pustaka yang dirapkan berupa kegiatan membaca data
yang dapat diolah dengan menggunakan tekhnik analisis isi melalui kegiatan
mengeksposisikan data dan mengaplikasikan data tersebut dalam konteks judul
makalah dan melalui metode deskriptif ini penulis akan menguraikan
permasalahanya secara jelas.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Evaluasi
Lingkungan dan Persepsi Lingkungan
Ketika
kita mengunjungi suatu tempat baru atau daerah baru, kita dapat memberikan
penilaian bahwa daerah tersebut adalah baik dan menyenangkan. Tetapi ada pula
penilaian terhadap suatu daerah dinyatakan baik, tetapi terasa kurang
menyenangkan, seperti berkunjung didaerah wisata alam, pemandangan yang
terlihat indah, tetapi karena pengaturan alur masuknya kurang tertib,
berdesakan, dan kurang nyaman, maka pengunjung merasa kurang senang. Perilaku demikian merupakan suatu penilaian
atau evaluasi manusia terhadap lingkungan.
B. Lingkungan
Terpilih
Suatu
objek yang mempunyai daya tarik tentunya akan menjadi objek yang dipilih oleh
seseorang. Ketertarikan seseorang merupakan sesuatu proses yang cukup
komperhensif. Artinya ketertarikan terhadap suatu objek dapat dikarnakan
sebagai suatu evaluasi dikomponen kognitif. Atau ketertarikannya
tersebutdisebabkan oleh komponen emosi atau afektif karena ia menyenangi objek
tersebut.
Namun
demikian, ahli lain mengungkapkan faktor apakah yang menyebabkan seseorang
memilih suatu objek lingkungan untuk dikunjungi atautidak dipilih. Untuk
memilih atau tidak memilih suatu objek lingkungan, objek tersebut harus
memiliki daya tarik. Dua orang ahli, Steven
Kaplan dan Rchel Kaplan (1975)
dalam Bell menggunakan model preferensi. Kaplan dalam hal ini melakukan
penelitian dengan menyajikan banyak slide atau film yang disajikan kepada
responden dengan mengklasifikasikan jawabanya dengan sama- tidak sama.
Menyenangkan-tidak menyenangkan, dan sebagainya. Dari hasil penelitiannya
tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
1.
Corehence
Tingkatan
pemandangan objek yang saling tergantung atau memililiki organisasi, semakin
koheren akan semakin besar utuk dipilih pemandangnya. Sebagai contoh, apabila
kita melihat lukisan yang paling banyak digemari adalah lukisan dengan aliran
realisme. Hal ini dikarnakan lukisan tersebut mudah dipahami. Demikian pula
dengan penataan lingkungan yang terorganisasi akan lebih menyenangkan, karena
mudah untuk dipahami. Pengorganisasian lingkungan yang baik dapat dilihat saat
kita melihatnya.
2.
Legibility
Tingkatan
yang dapat membedakan pengamat untuk memahami atau mengategorikan isi
pemandangan objek . semakin besar legibility akan semakin dipilih. Pengunjung
daerah wisata akan dengan mudah memahahami apa yang dilihat, karena ia dapat
mengelola isi kognisi yang demikian nya dengan apa yang dilihat. Hal ini
berarti seseorang dengan ketegori yang dimiliki dalam kognisi dapat menduga
makna lingkungan yang demikianya. Apabila lingkungan yang dilihatnya tidak
sesuai dengan kategori pengetahuan yang dimilikinya, maka seseorang akan merasa
sulit untuk menikmatinya, sehingga sebagian besar manusia akan meninggalkan
lingkungan tersebut.
3.
Complexity
Jumlah
dan variasi dari elemen-elemen pemandangan atau objek yang berada di
lingkungan, seperti perumahan, kompleks pertokoan dan pusat pembelanjaan.
Semakin beragam suatu lingkungan akan lebih menarik, bila dibandingkan dengan
lingkungan yang tidak kompleks atau monoton. Lingkungan yang monoton akan
menimbulkan kebosanan. Kebosanan terjadi karena stimulasi lingkungan yang
kurang.
4.
Mystery
Tingkatan
dimana pemandangan objek berisikan informasi tersembunyi, dengan adanya salah
satu tergambarkan dalam pemandangan akan dicari informasinya. apat Demikian
pula dengan lingkungan yang dimiliki informasi tersembunyi akan menimbulkan
keinginan seseorang untuk mencari tahu informasi yang tersembunyi di
lingkungannya. Tersembunyinya informasi dapat terjadi pada objek yang lama
ataupun objek yang masih baru. Dengan mengetahui informasi yang tersembunyi
seseorang akan memiliki pengetahuan tentang objek yang terdapat di lingkungan
tersebut.
Apabila
kita melihat suatu lingkungan yang diminati oleh banyak orang, seperti daerah
tujuan wisata Pulau Bali, Kota Yogyakarta, Jakarta, Bandung dan sebagainya.
Daerah wisata Pulau Bali merupakan pilihan banyak orang untuk berpariwisata.
Wisatawan mancanegara banyak yang berkunjung ke Pulau Bali. Demikian pula hal
nya dengan wisatawan nusantara banyak yang memilih berkunjung ke Pulau Bali.
Mengapa hal ini terjadi ?
Pulau
Bali merupakan daerah tujuan wisata pilihan wisatawan. Apabila menggunakan
model dari kaplan, maka dapatlah dipahami bila Pulau Bali menjadi pilihan
wisatawan. Pulau Bali memiliki kelengkapan faktor-faktor dalam model Kaplan.
Sebagai daerah tujuan wisata, pulau Bali memililiki pengorganisasian lingkungan
yang baik, pemandangan pegunungnan, laut, dan sebagainya tertata atau
terorganisasi dengan baik, sehinggga memudahkan untuk dipahami. Tingkat
pengorganisasian yang baik dan mudah diingat, sderta menyenangkan akan memiliki
daya tarik tersendiri, sehinggga pulau bali akan menjadi daerah pilihan untuk
berwisata. Demikian pula dengan mudahkan wisatawan dalam membuat kategorisasi
apa yang diamatinya dilingkungan Pulau Bali.
Berbagai
atraksi dan variasi pemandangan serta aktivitas dapat dijumpai di Pulau Bali
(kompleksitas). Tari-tarian dan atraksi budaya memiliki daya tari tersendiri,
keragaman atraksi seni dan pemandangan dan aktivitas berwisata melengkapi
keragaman yang dapat di nikmati oleh wisatawan di . Pulau Bali. Kunjungan
wisata kepulau Bali menjadi sangat menarik dan tidak membosankan, karena banyak
hal yang dinikmati oleh wisatawan. Demikian pula dengan aktivitas keagamaan
yang menyatu dalam berbagai aktivitas masyarakat Bali menjadi suatu daya tarik
tersendiri. Aktivitas agama merupakan misteri bagi wisatawan. Wisatawan ingin
mencari tahu mengapa prilaku masyarakat dalam ritual agama dapat menyatu dengan
aktivitas lainnya. Oleh karena itu, model Kaplan tersebut dapat menjelaskan
mengapa pulau bali menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Pulau
Bali relatif tidak terlampau besar, sehingga dalam waktu yang tidak lama
wisatawan dapat mengeksplorasi seluruh aktivitas wisata di Pulau Bali. Sedangkan
di daerah wisata lainnya, tampak tidak selengkap aplikasi model Kaplan yang
diterapkan untuk melakukan evaluasi lingkungan. Didalam melakukan evaluasi
lingkungan hal-hal yang positif dan menyenangkan akan lebih memudahkan dalam
mengingatnya. Kemudian hasil penilaian lingkungan tersebut akan menjadi bahan
referensi bagi wisatawan.
C. Estetik
Estetik
dapat dikatakan sebagai refleksi kritis pada seni, budaya dan alam. Namun
demikian estetik pada dasarnya merupakan suatu keputusan pada orang yang
melihatnya. Hal ini berarti bahwa estetika bagi seseorang merupakan suatu
komparasi sensoris tertang suatu objek
atau lingkungan. Dimana selera yang terkait dengan proses sensoris tersebut
akan berhubungan dengan emosi yang menyenangkan bagi orang yang melihatnya,
sehingga ia dapat menyatakan (memutuskan) lingkungannya adalah indah.
Seseorang
dapat mengatakan suatu lingkungan adalah indah tidak terlepas dari proses
presepsi. Di mana faktor sensoris memiliki peran dalam melihat lingkungan yang
indah. Selain faktor sensoris yang berperan terdapat fungsi psikologis lainnya
yang dapat mengarahkan pengindraan kita, yaitu faktor selera yang akan
mengarahkan pengindraan kita dalam menikmati lingkungan. Namun demikian,
sebelum seseorang dapat menikmati lingkungan , ia harus melakukan interpretasi
tentang lingkungan tersebut. Artinya, dalam intepretasi tersebut apakah
lingkungan tersebut indah atau tidak. Di mana proses interpretasi tersebut
melibatkan fungsi psikologis, yaitu emosi, pengalaman, nilai, dan intelektual.
Selera
yang mengarahkan pada proses pengindraan dan kemudian diinterprestasikan
keindahan lingkungan, memerlukan proses yang panjang. Hal ini tidak begitu saja
muncul atau sesaat, karena selera memerlukanproses dan waktu. Selera akan
terkait dengan status sosial seseorang. Di mana dengan status sosial yang
melekat pada dirinya, ia akan mendapatkan pengalaman sesuai dengan
kemampuannya, seperti pendidikan, dan fasilitas lainnya serta latar belakang
yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, penilaian indah suatu lingkungan akan
terkait dengan variabel ekonomi, nilai moral seseorang, nilai budaya, kondisi
politik. Misalnya seseorang menyatakan bahwa suatu lingkungan perumahan indah
atau tidak dapat dikaitkan dengan setratus sosial yang melihatnya.
Bila
dikaji lebih lanjut mengenai estetik, maka perlu diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam menyatakan indahnya suatu lingkungan.
1.
Emosi
Emosi
merupakan proses evaluasi yang singkat mengenai stimulus atau lingkungan yang
dihadapinya. Penilaian terhadap lingkungan yang positif akan mengaitkan pada
pengalaman subjektif mengenai emosi. Apabila lingkungan yang menstimulir
seseorang yang sesuai dengan yang di inginkan, maka seseorang akan merasa
senang. Ahli psikologi yang bernama
Bower dalam network theory mengenai
emosi, menyatakan bahwa seseorang dalam suasana hati yang senang ketika
menghadapi lingkungan, maka ia akan mengaitkan perasaan senang pada masa
lampaunya. Hal ini terkait dengan pengalaman yang menyenangkan bagi dirinya
untuk melihat objek yang indah dan di kaguminya.
2.
Pandangan
estetika yang menggunakan intelektual
Dalam
pandangan estetika ini sudah tentu menggunakan fungsi kecerdasan dalam
melakukan penilaian. Kemampuan analisis dalam melakukan penilaian akan turut
berperan, sehingga ia dapat memutuskan apakah lingkunganya indah atau tidak.
Namun demikian, untuk dapat menganalisis lingkungan tersebut diperlukan
pengetahuan. Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan tentang suatu
objek yang terkait dengan estetika akan berbeda dengan seseorang yang mempunyai
pendidikan yang tidak terkait dengan estetika. Oleh karenya nya pendapat
estetika antara seorang arsitek dengan orang awam akan berbeda dalam menilai
estetika.
3.
Budaya
Keindahan
pada setiap budaya akan berbeda-beda. Sebagaimana diketahui, warn adalam produk
seni budaya minang didominasi oleh warna kuning keemasan dan merah. Sedangkan
warna di budaya toraja didominasi warna merah dan hitam, dipapua didominasi
oleh warna coklat tanah dan hitam. Lain halnya dengan budaya cina yang
mengekspresikan warna merah untuk kebahagiaaan. Warna merah memiliki arti yang
berbeda pada setiap budaya, sehingga keindahanya pun akan berbeda. Oleh karena
itu, faktor budaya akan mewarnai dalam estetik.
4.
Pilihan
Estetika
merupakan pilihan seseorangyang memiliki cita rasa, ataupun terkait dengan
nilai yang diyakininya. Pilihan dalam estetika tidak terlepas dari faktor
intelektual yang telah dibahas
sebelumnya. Hal ini dikarnakan adanya keputusan yang diambil oleh seseorang
untuk menyatakan bahwa lingkungan yang dilihatnya memiliki estetika. Lingkungan
yang terpilih memiliki estetika tersebut tidak terlepas dari pengetahuan yang
dimiliki seseorang. Misalnya mengapa seseorang lebih memilih berlibur ke pantai
kuta, dari pada pantai pangandaran di Jawa Barat. Pilihan yang banyak dipilih
oleh orang banyak pun akan menjadi referensi seseorang dalam melakukan pilihan.
5.
Nilai
Fungsi
nilai dalam menentukan estetika sangatlah luas. Nilai-nilai Religi, seni,
budaya dan ekonomi, merupakan nilai-nilai yang dapat menentukan seseorang dalam
memutuskan suatu lingkungan atau objek mempunyai estetika atau tidak. Estetika
sendiri pada dasarnya merupakan suatu nilai yang di miliki seseorang.
6.
Estetika
merupakan keputusan yang disadari
Keputusan
yang dilakukan oleh seseorang untuk menyatakan bahwa lingkungan yang di amatinya
memiliki nilai estetik, adalah keputusan yang disadari. Hal ini berarti bahwa
seseorang yang mengamati suatu lingkungan menyadari adanya suatu hubungan
intensi antara dirinya dan lingkungan. Hubungan yang menyenangkan diri nya
tersebut, maka ia menyadari bahwa keputusan tentang lingkungan yang diamatinya
benar-benar indah, cantik, dan menarik.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemilihan
suatu lingkungan dapat menggunakan model dari Kaplan, yang memiliki 4 faktor,
yaitu : Coherence, Legibility, Complexity dan Mystery. Faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam menilai lingkungan adalah memiliki estetika, yaitu : Emosi,
pandangan estetika yang menggunakan intelektual, budaya, pilihan, nilai, dan
estetika merupakan keputusan yang disadari.
B. Saran
Jagalah
lingkungan dan lestarikan lah apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Agar
generasi penerus tetap merasakan ke indahan alam ini.
C. Ayat
Suci Al-quran
QS.
Al-‘Araf :56
Artinya
:
Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Zulrizka
Iskandar, 2012.”Psikologi Lingkungan: Teori dan Konsep”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar