Rabu, 14 September 2016

KONSEP DASAR PENGUKURAN PSIKOLOGI



A.    Pengertian Pengukuran Psikologi
Pengukuran psikologi adalah pengukuran aspek-aspek tingkah laku yang nampak, yang dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap dan aspek-aspek kepribadian yang lain (T. Raka Joni, 1977).
Dalam prakteknya, pengukuran psikologi pada umumnya banyak menggunakan tes sebagai alatnya. Istilah test psikologis merupakan suatu alat untuk menyelidiki reaksi atau disposisi seseorang atas dasar tingkah lakunya.
Dengan demikian pengertian pengukuran psikologi dan tes psikologi pada dasarnya sama. Perbadaannya terletak pada proses dan alatnya yang digunakan sebagai dasar penggunaan istilah dalam praktek.
B.     Ciri-ciri Pengukuran Psikologi
1.      Variabel-variabel yang diukur berupa tingkah laku yang nampak sebagai cerminan dari keadaan kejiwaan itu tidak selalu secara konsisten mencerminkan suasana batin seseorang.
2.      Bahwa dalam pengukuran psikologi sangat sukar atau bahkan tidak mungkin diperoleh kesepakatan dalam kalibrasi satuan ukuran.
3.      Dalam pengukuran psikologis tidak terdapat adanya nol mutlak.
4.      Bahwa kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengukuran psikologi jauh lebih besar dibanding dengan kesalahan dalam pengukuran alamiah.
C.    Fungsi Pengukuran Psikologi
1.      Fungsi seleksi, yaitu untuk memutuskan individu-individu yang akan dipilih. Misalnya tes masuk untuk suatu lembaga pendidikan atau tes seleksi untuk suatu jenis jabatan tertentu
2.      Fungsi klasifikasi, yaitu mengelompokkan individu dalam kelompok sejenis. Misalnya mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah yang sejenis sehingga dapat diberikan bantuan yang sesuai masalahnya. Atau mengelompokkan siswa ke program yang khusus.
3.      Fungsi deskripsi, yaitu menyuguhkan hasil pengukuran psikologis yang telah dilakukan tanpa kalsifikasi tertentu. Misalnya melaporkan profile minat seseorang yang telah dites dengan tes minat.
4.      Mengevaluasi suatu treatment, yaitu untuk mengetahui apakah suatu tindakan tertentu yang telah dilakukan terhadap seseorang atau kelompok individu telah mencapai hasil atau belum. Misalnya seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar diberikan remidial lalu diadakan tes untuk mengetahui apakah remidial yang diberikan sudah berhasil atau belum.
5.      Menguji suatu hipotesis, yaitu untuk mengetahui apakah hipotesis yang dikemukakan itu betul atau salah. Misalnya seorang peniliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut : makin terang lampu yang digunakan untuk belajar makin baik prestasi belajar yang akan dicapai.
D.    Tujuan Pengukuran Psikologi 
Tujuan pengukuran psikologi khususnya dalam layanannya Bimbingan dan Konseling di sekolah dapat di kemukakan sebagai berikut:
1.      Membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri.
2.      Membantu orang tua untuk mengenal anaknya.
3.      Membantu guru dalam merencanakan dan mengelola pengajaran.
4.       Membantu kepala sekolah dalam menetapkan kebijakan.
5.      Untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling, seperti bahan diagnostik (baik diagnostik kesulitan belajar maupun diagnostik kesulitan pribadi lainnya). Bahan informasi dalam layanan penempatan (pemilihan program khusus, pemilihan kelanjutan studi, pemilihan lapangan kerja dan penempatan lainnya), dan sebagainya.
E.     Sifat-sifat Pengukuran Psikologi
1.      Pengukuran psikologis yang dilakukan secara tidak langsung, berdasarkan tingkah laku yang nampak, atau berdasarkan atas respon terhadap stimulus yang diberikan.
2.      Pengukuran psikologis tidak pernah menunjukkan ketepatan 100% bagaimanapun baiknya instrumen yang digunakan, dan bagaimanapun cermatnya pengadministrasian yang dilakukan, pengukuran psikologis selalu mengandung kesesatan (error) tertentu.
3.      Pengukuran psikologis tidak mempunyai satuan mutlak. Seorang yang mendapatkan angka 0 (nol) tidak berarti kosong sama sekali.
4.      Hasil pengukuran psikologis tidak mempunyai skala ratio.
F.     Kuantifikasi Atribut Psikologi
Contoh atribut-atribut psikologis yaitu mottivasi, minat, intelegensi, bakat, kemampuan bahasa inggris dan lain-lain kesemuanya itu adalah hal-hal yang bersifat kualitatif. Dalam suatu pengukuran hal-hal yang bersifat kualitatif itu dikuantifikasikann sehingga diperoleh berbagai keuntungan dan juga beberapa keterbatasan.
1.      Keuntungan Pendekatan Kuantitatif
Dengan penerapan pendekatan kuantitatif, maka atribut-atribut psikologi yang aslinya bersifat kualitatif dikuantifikasikan, dan dengan cara ini diperoleh keuntungan-keutungan sebagai berikut :
a.       Apabila atribusi psikologis telah dikuantifikasikan maka dia dapat dideskripsikan dengan jelas dan tepat, dan dengan demikian salah satu fungsi ilmu pengetahuan, yaitu mendeskripsikan fenomena dapat dilaksanakan dengan baik.
b.      Dengan pendekatan kuantitatif itu ilmuan dipaksa mengikuti tata pikir dan tata kerja yang tertib, konsisiten, dan terbuka hal ini diperlukan guna memajukan ilmu pengetahuan baik dari segi teori maupun pengamalannya.
c.       Apabila atribusi psikologis telah dikuantifikasikan, mungkin akan dianalisis dengan metode matematis(statistik) yang dalam ilmu pengetahuan diakui sebagai metode yang sangat kuat
d.       Ilmuan dapat membuat prediksi mengenai bidang garapannya.
e.       Derajat komunikabilitas menjadi tinggi, karena sebagai kegiatan yang terbuka untuk umum setiap pernyataan yang dikemukakan oleh seorang ilmuan harus dapat diuji ulang oleh ilmuan lain, dan hal ini sangat dipermudah kalau hal-hal yang dipersoalkan disajikan secara kuantitatif.
2.      Keterbatasan pendekatan kuantitatif
Disamping keuntungan-keuntungan yang dimiliki, pendekatan kuantitatif jugan mempunyai keterbatasan, diantara keterbatasan utamanya adalah bahwa hasil kuantifikasi itu tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Data awal berupa data kuantitatif yang kemudian diolah, dianalisis dan diatur menurut kehendak ilmuan, jadi apabila data awalnya adalah data yang tidak mencerminkan data yang sebenarnya maka hasil analisis dan kesimpulannya akan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan seberapa besar penyimpangan dari keadaan yang sebenarnya itu tidak dapat dideteksi.
DAFTAR PUSTAKA
Idris, nurhamidah (2014). Pengukuran dan tes psikologi. http://myislamicpsych.blogspot.co.id (on line) diakses 24 maret 2016 22:27
Kawaguci, hasan (2013). Skala psikologi sebagai alat ukur. http://kulpulan-materi.blogspot.co.id (on line) diakses 24 maret 2016 22:32
Zhaki (2011). Dasar pengukuran psikologis. http://zhakqi.blogspot.co.id (on line) diakses 25 maret 2016 21:46

Tidak ada komentar:

Posting Komentar