A.
Peranan
Agama dalam Melaksanaakan Bimbingan dan Konseling
Menurut
pendapat para ahli jiwa, yang mengendalikan kelakuan dan tindakan seseorang
adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari
pengelaman-pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan sejak dalam
kandungan, seorang ibu sudah memiliki pengaruh terhadap kelakuan si anak dan
terhadap kesehatan mental pada umumnya. Dengan memberikan pengalaman-pengalaman
yang baik, nilai-nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai
dengan ajaran agama sejak lahir, semua pengalaman itu akan menjadi bahan dalam
pembinaan kepribadian.
Takdir
Firman Nirwan menyatakan bahwa pendidikan agama islam berperan membentuk
manusia Indonesia yang percaya dan Takwa kepada Allah SWT. Menghayati dan
mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
Dengan demikian, menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
“Dan demi jiwa serta penyempurnaan
(Ciptaan)nya maka dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan
ketakwaannya. Sungguh beruntungnya orang yang mensucikannya (jiwa itu) dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams:7-10).
Lebih
lanjut, Takdir Firman secara panjang lebar dalam nirwanlife-nya menyatakan
bahwa berbicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik,
khususnya agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para nabi yang
membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dn juga nabi
sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan
(problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia agar manusia keluar dari
tipu daya setan, seperti tertuang dalam ayat berikut ini:
“Demi masa, sungguh, manusia berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan
serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”
(Al-‘Asr:1-3).
Dengan
kata lain, manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan
dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligur member konseling agar tetap sabar
dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidpan yang sebenarnya.
B.
Peranan
Psikologi dalam Melaksanakan Bimbingan dan Konseling
Akhmad
Sudrajat (2008), menyatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling merupakan
bagian integral dari pendidikan di indonesia. Sebagai sebuah layanan
professional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan
secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang
kokoh, yang harus didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang
mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh, pengembangan layanan
bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritis maupun praktik, semakin
lebih mantap dan bisa dipertanggung jawabkan serta mampu memberikan manfaat
besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien).
Menurut
Akhmad Sudrajat, membicarakan landasan bimbingan dan konseling pada dasarnya
tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam
pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan
nonformal, ataupun landasan pendidikan secara umum.
Landasan
psikologis dalam bimbingan dan konseling merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman bagi konselor tentang prilaku individu yang menjadi
sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa
kajian psikologi yang perlu dikuasai konselor adalah:
1. Motif
dan Motivasi
2. Pembawaan
dan Lingkungan
3. Perkembangan
Individu
4. Belajar
5. Kepribadian
C.
Tes
Psikologi merupakan Bagian dalam Bimbingan dan Konseling
Dalam
webside “Rumah belajar psikologi” terungkap pertanyaan,”Apakah anda pernah
mengisi kuis yang disajikan dimajalah-majalah?” atau yang lebih formal,”Apakah
anda pernah mengisi kuesioner tentang suatu hal? Atu anda pernah mengikuti tes
psikologi disekolah, ketika melamar pekerjaan, atau dibiro psikologi tertentu?”
Nah, contoh-contoh itu dapat digolongkan sebagai aktivitas pengukuran
psikologi.
Pengukuran
dapat didefinisikan sebagai berikut:
1.
Meansurment
is the assignment of numerals to object or events according to rules. (stevan,
1946)
2.
Meansurment
is rules for assingning numbers to objects in such a way as to represent
quantities of attributes. (Nunnaly, 1970)
Maksudnya
bahwa pengukuran itu adalah menetapkan aturan untuk nomor ke objek sedemikian
rupa untuk mewakili jumlah atribut.
Adapun
pengukuran psikologi merupakan pengukuran dengan objek psikologis tertentu.
Objek pengukuran psikologis disebut sebagai psychological
attributes atau psychological traits,
yaitu cirri yang mewarnai dan melandasi prilaku.
Kegiatan
pengukuran psikologi sering disebut juga tes. Tes merupakan kegiatan mengamati
atau mengumpulkan sampel tingkah laku yang dimiliki individu secara sistematis
dan terstandar.
Tes
psikologis dalam dunia pendidikan bukanlah merupakan suatu hal yang mutlak,
melainkan hanya salah satu faktor penunjang dalam upaya membantu siswa dalam
memahami dirinya secara realistic untuk mencapai perkembangan sesuai dengan
tugas-tugas perkembangannya.
Sumber: Salahudin, Anas. 2010.
Bimbingan dan Konseling. Bandung. CV Pustaka Setia
thanks yaa.. :)
BalasHapusIyaa sama-sama, semoga bermanfaat
Hapus